top of page

03: We always give it another try, don't we?


Selalu ada seribu satu alasan untuk memutuskan tidak mau jatuh cinta kembali.

Untuk kesekian kalinya saya terlibat perbincangan dengan seseorang yang terlalu malas memulai suatu hubungan karena yang namanya PDKT itu sangat melelahkan, mengenal orang lain menjadi hal yang membebankan dirinya sendiri, dan orang tersebut sudah terlalu kenyang dengan kekecewaan, sakit hati, perselingkuhan, drama romantika atau apapun namanya. Hati pada akhirnya menjadi bitter dan tidak menjadi percaya dengan konsep jatuh cinta atau hubungan asmara yang ideal.


Saya tertegun dan mulai membuka memori-memori saya tentang orang-orang yang mengucapkan pendapat di atas di dalam berbagai interaksi yang saya alami. Tidak hanya satu orang tetapi banyak orang, entah itu laki-laki atau perempuan, yang mengeluhkan hal yang sama. Memulai hubungan asmara dengan orang yang baru itu sangat melelahkan.


Apakah benar demikian?


Suka atau tidak, perasaan tertarik atau suka adalah seseorang yang sifatnya alami, tidak bisa dilawan. Ini adalah naluri manusia yang paling dasar untuk bisa bertahan hidup dan hidup dalam konteks manusia sosial, homo socius, sebagaimana diungkapkan oleh Peter Berger& Thomas Luckmann di dalam "The Social Construction of Reality" pada tahun 1966. Manusia tidak hidup terisolasi dengan manusia lainnya karena manusia adalah manusia itu makhluk sosial. Tertarik sebagai teman, gebetan, pacar, kekasih, teman hidup atau apapun namanya adalah naluri yang tidak akan bisa dilepaskan. Namun, kita kadangkala memberikan perlawanan atau resistensi sedemikian rupa, menekan naluri itu dengan alasan kekecewaan, rasa sakit hati atau kelelahan di dalam mengejar cinta.


Kita melawan, meronta serta mendirikan benteng-benteng pertahanan agar hati ini tidak semakin terluka dan membuka diri untuk orang baru. Kita tidak mau berharap lebih jauh, mengeluarkan lembar daftar pertanyaan dan tipe kekasih atau pacar yang ideal, dan enggan untuk menerima kelemahan. Alasan utamanya, kita mau melindungi hati yang vulnerable ini agar tidak tersakiti dan babak belur seperti apa yang kita alami sebelumnya.


Mungkin ini pula yang dirasakan oleh beberapa teman yang memutuskan untuk stay single (and look fabulous), karena hidup mereka tidak bergantung pada membahagiakan pasangan, memasukkan variabel pasangan ke dalam setiap perhitungan keputusan yang diambil, dan tidak mau dipusingkan dengan kisah cinta ala "Galih dan Ratna" atau pada saat SMA.


Namun, saya baru ingat bahwa perasaan sepi itu kadang suka menyelinap diam-diam di dalam hati, seperti pencuri. Tak pernah ada yang tahu kapan rasa itu datang, meluluhlantakkan semua rencana, dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Kurang ajar sekali bukan? Tapi rasanya itu yang dinamakan perasaan suka dengan seseorang, mau sehancur apapun perasaan atau kisah cinta sebelumnya, kita pasti diam-diam berusaha untuk memulai suatu lembaran baru. Semua seolah dimulai dari nol, selelah apapun lari yang pernah kita jalani.


Saya yang terlihat sedemikian independen bagi sebagian orang ini pernah sungguh merasa kesepian di tengah keramaian. Kesendirian yang justru tidak menyejukkan tetapi kesendirian yang mengusik. Saya pada akhirnya sadar bahwa saya membutuhkan seseorang yang bisa saya ungkapkan rasa sayang, melalui kata ataupun karsa. Saya sadar bahwa saya harus selalu pulang dan jatuh juga.


Bagi saya, belajar untuk menyukai, menyayangi atau mencintai orang lain itu adalah pelajaran di dalam hidup untuk menjadi orang yang lebih baik dan tidak egois. Belajar mendengarkan, memahami diri sendiri serta mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan di dalam hidup.


Good love is so hard to find We got it right for a while Do you get lonely at night?


Jadi, jangan keraskan hati, mari belajar untuk mencintai lagi, lagi, dan lagi!

Related Posts

See All
bottom of page