top of page

03: Kenangan


Berapa banyak sih dari kita yang sulit jatuh cinta dengan alasan masih tidak bisa berdamai dengan masa lalu?


Saya menenggak cocktail favorit saya di sebuah bar yang baru saja buka di kawasan selatan Jakarta. Hari itu, saya punya janji kencan dengan salah satu teman dekat saya. Saat pengaruh alkohol mulai menginterupsi perbincangan, sampailah saya dan teman dekat saya itu di dalam urusan percintaan. Temanya? Berdamai dengan kisah cinta masa lalu.


Diakui atau tidak diakui, setiap orang punya kisah cinta yang tak akan bisa dilupakan meskipun orang tersebut sudah memiliki kisah cinta yang baru dengan orang yang mungkin jauh lebih baik. Namun, selalu ada beberapa kisah yang tak pernah lekang dan ini pun tetap menjadi kenangan.

Sialnya, kenangan ini tidak begitu saja menjadi past tense alias sekali usai tetapi memiliki konsekuensi di masa kini adalah present perfect. Kenangan yang terjadi di masa lalu masih tersapu sampai sekarang, membuat kita tidak bisa tidur atau selalu teringat momen-momen ketika kita bersama dengan orang yang baru. Basian itu terasa lekat dalam dada, tak bisa hilang dan tak tereduksi. Salah siapa?

Teman saya kemudian bercerita panjang lebar bagaimana dia bisa menangis saat bertemu dengan seseorang yang pernah menorehkan kenangan pahit di dalam kisah cintanya. "Lo tahu nggak sih, Ga? Saat itu air mata gue langsung turun, gue nggak tahu kenapa alasan gue nangis begitu aja. Gue sesunggukan." Saya pun terdiam, tak sanggup menanggapi ucapannya.


Rasanya banyak juga dari kita yang justru bermasalah dengan kenangan-kenangan itu. Saat diingat maka yang muncul adalah rasa kecewa, sakit hati, pengkhianatan atau frase melodrama yang sering dipergunakan untuk referensi perasaan yang tidak mengenakkan. Kita lebih banyak tersenyum kecut atau bermuram durja penuh penyesalan saat mengingat kenangan yang tahu-tahu datang begitu saja, yang membuat semua berubah dan hati pun menjadi resah.


Saya dahulu pernah sedemikian baper-nya ketika berhadapan dengan kenangan-kenangan yang sedemikian. Ada kata yang tak tersampaikan saat kenangan itu mendadak hadir menyergap. Ingin rasanya saya berkata kepada orang-orang yang pernah menggoreskan kisah itu kepada saya namun saya tidak mampu atau bahkan terlalu takut bahwa air mata ini akan menetes juga, sama seperti teman saya itu tadi.


Saat rasa itu datang, saya memilih untuk menulis apa yang saya rasakan. Berdamai dengan masa lalu bagi saya dimulai dengan mengenali perasaan yang saya rasakan, menuliskannya dan kemudian membuatnya pergi begitu saja. Apakah akan datang? Tentu akan datang, tetapi kenangan itu ya dinikmati saja. Sama seperti tahu-tahu bertemu dengan pacar baru sang mantan di pusat perbelanjaan, ya dinikmati saja. Cope with the feeling, write it and then it's over.


Kita tidak bisa mengontrol kejadian di luar sana tetapi sebenarnya kita bisa memilih untuk mengatur bagaimana kita menanggapinya. Ya sebelas dua belas dengan sebuah kalimat:


we can love someone but we cannot own that person.


Selamat hari Sabtu!

Related Posts

See All
bottom of page