top of page

06: Menjadi Tiga Puluh

Hidup itu harus melaju, apapun alasannya.

"Gimana sih rasanya jadi cowok yang usianya kepala 3?", "Lo udah punya apa aja?", "Impian lo udah tercapai semua?", "Kok belum nikah juga? Kapan calonnya ada?" atau "Investasi dimana aja? Jalan-jalan melulu sih lo!" adalah pertanyaan-pertanyaan standar yang sepertinya sering ditanyakan ketika bertemu dengan orang-orang terdekat (atau yang nggak deket-deket amat tapi eh ternyata nggak sengaja ketemu di jalan meski kita berusaha buat menghindar tapi takdir yang mempertemukan kita) atau bahkan, pertanyaan yang ditanyakan kepada diri sendiri saat lagi nggak ada siapa-siapa.


Pertanyaan-pertanyaan yang kalau dirangkum sebenarnya adalah suatu pertanyaan besar yang berbunyi, "Sudah sampai dimana saya di dalam hidup?"


Tiga Puluh

Dulu waktu berusia 20an, ketika melihat cowok yang umurnya 30 tahun yang sukses, kaya raya, mapan, punya hidup bahagia itu rasanya ingin sekali punya hidup dan kehidupan yang sama. Seiring berjalannya waktu, saya paham bahwa banyak cowok yang berumur 30 itu justru masih bingung mau melakukan apa dan dibawa kemana arah hidupnya (dan juga karirnya). Clueless, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan betapa banyak orang di sekeliling saya, tidak hanya cowok namun juga cewek, yang hidup hanya untuk hari itu. Live today, die tomorrow. Tidak bisa disalahkan memang prinsip ini, tetapi ketika ditanya, apakah hidup mereka bermakna atau tidak? Beragam jawaban yang didapatkan.


Saya rasa setiap orang harus punya satu momen untuk bisa bertanya kepada dirinya sendiri, hidup saya itu sudah sampai mana. Ini tidak berbicara soal ambisius atau tidak, tetapi ini adalah bagian untuk tahu bahwa selama ini kita tidak buang-buang waktu. Hari, bulan dan tahun itu sangat cepat berlalu, suka atau tidak suka.


Saya menganggap bahwa ketika seseorang menginjak usia 30 maka seharusnya pencapaian di dalam hidup itu lebih dari sekadar kesuksesan, kaya raya dan hidup bahagia. Menurut saya, hal-hal tersebut adalah bonus. Lantas, apa yang penting? Orang itu tahu sudah sampai mana dan mau dibawa kemana hidupnya.


Kalau sudah paham benar hal tersebut maka tidak sulit untuk melajukan perahu mau ke arah mana. Ini sesuatu hal yang logis. Buat apa mengarungi samudera tanpa tahu arah yang akan dituju? Ini buang-buang waktu.


Setengah Jalan Menuju 60 Tahun

Kenyataan ini adalah hal yang saya sadari ketika berbincang-bincang dengan teman saya di kantor. Dia berkata kalau, "Umur 30 itu cepat tahu, trus tahu-tahu kita udah 60 aja." Saya pun mengangguk setuju, "Benar juga sih." Siapa coba yang menyangka kalau sudah sampai di titik 30 tahun? Rasanya seperti baru minggu lalu masuk SD, puber di SMP, ikutan sweet seventeen di SMA, pilih jurusan kuliah sampai melamar pekerjaan sebagai seorang fresh graduate. Singkat? Banget!


Menjadi 30 tahun itu adalah setengah jalan untuk menuju 60 tahun. Secara gampang, coba lihat apa yang sekarang dilakukan oleh generasi di atas kita yang sudah umurnya 60 tahun, apakah mereka bahagia ataukah justru menyesali masa mudanya? Tiga puluh tahun itu usia yang produktif, semua hal bisa dilakukan termasuk mencapai impian-impian yang belum tercapai.


Tenaga masih ada dan uang juga cukup, pertanyaannya, sudah mewujudkan impian yang sejak lama terpendam? Kita itu suka kebiasaan menunda untuk melakukan sesuatu hal, termasuk menunda untuk mewujudkan mimpi. Alasannya? Masih ada hari esok. Kebiasaan ini yang kemudian ditanam setiap hari sampai kita berusia lanjut.


Bagi saya, usia ini adalah usia yang paling tepat untuk melakukan atau mewujudkan impian yang belum pernah terwujud sebelumnya, tentu di dalam batas kewajaran karena tidak mungkin kita bisa menjadi penyanyi cilik. HAHA. Namun, poinnya adalah jangan pernah menunda untuk mewujudkan mimpi, sekecil atau sebesar apapun. Jangan jadikan ini kebiasaan yang pada akhirnya membuat kita menyesal saat berusia 60 tahun.


Rasanya Gimana?

Pada akhirnya, ketika ditanya bagaimana rasanya berusia 30 tahun? Jawabannya adalah life is better when you are 30s. Mengapa? Kita sudah punya rasa tanggung jawab terhadap diri kita sepenuhnya dan mulai paham bahwa, hidup ini bukan waktunya main-main lagi seperti kita berusia 20 tahunan. Kita juga mulai diakui oleh lingkungan sosial sebagai seseorang yang sudah dewasa secara penuh dan bukan lagi anak kemarin sore. Hidup di usia 30an itu menyenangkan!


Tingkat kematangan usia sepantasnya ditempa dan dinikmati di periode 30an ini. Momen ini kita mulai banyak memiliki teman yang pusing dengan pernikahan mereka, kegalauan perihal memiliki anak sampai urusan cicilan dan domestic issues yang tidak kita bayangkan saat kita berusia 25 tahun. Di sini kita juga belajar mengenai arti persahabatan yang sesungguhnya pun demikian mengenai kenyamanan menjadi diri sendiri. Tidak perlu lagi ada pembuktian diri karena masa itu sudah lewat dan dilakukan ketika kita berusia 20an.


Usia tiga puluh ini ternyata menyenangkan juga!


Cheers!

Lewi Aga Basoeki


Related Posts

See All
bottom of page