top of page

_2025: Makan Sayur Tidak Membuat Anda Gemuk

  • Writer: Lewi Aga Basoeki
    Lewi Aga Basoeki
  • 2 days ago
  • 3 min read

Akhir pekan ini, saya diingatkan bahwa ada kalanya dalam hidup, jauh lebih penting apa yang terlihat memanjakan mata, dan dari situ kita barulah kita berbicara untuk urusan hati dan rasa.


Sebuah "ambil aja hikmahnya" setelah lelah berjalan santai sore dengan komunitas si-paling-ambisius-mengejar-target-10000steps (gak deng) yang diadakan oleh komunitas jalan santai bernama Gang-Gangan x Jasa Piknik Keliling di akhir pekan ini, Sabtu, 23 Agustus 2025 di kawasan sekitar Kampus UGM, Yogyakarta.



Musim Mangga, menu di bulan ini oleh Jasa Piknik Keliling
Monggo Maem: Musim Mangga

Tak Hanya Lidah, Hidup itu Persoalan Selera

Berbeda dengan kegiatan yang sebelumnya pernah diadakan oleh komunitas yang sama, yaitu jalan, bengong, melamun, sambat, misuh-misuh "hidup kok gini amat", kasih makan kucing, dan sebagainya yang melewati kawasan urban perkotaan, kali ini perjalanan bersama tersebut diakhiri bukan dengan demonstrasi anti-rezim tetapi demonstrasi sederhana tentang bagaimana kita bisa berdamai dengan apa yang kita suka dan apa yang tidak kita sukai dalam hidup, dimulai dari meja makan.


Dan semuanya dimulai dengan satu pertanyaan reflektif, "Apa buah dan sayuran yang kamu sukai dan tidak sukai?" Tipe pertanyaan sejenis MaFa-MiFa di binder biodata sewaktu profil sosial media masih dalam bentuk publikasi yang diedarkan, yang kemudian menggambarkan bagaimana pengalaman hidup tentang mengolah rasa di lidah membentuk kisah kepribadian hidup seseorang di masa sekarang. Reflektif karena karena kita bisa kembali mengingat, kenapa buah tersebut selalu menjadi nomor satu, apakah melulu soal rasa ataukah karena suatu peristiwa?


Saat jawaban demi jawaban terdengar, saat itu pula saya memang akhirnya menyadari bahwa makanan itu memang benar adalah urusan selera. Hal yang kurang elok saat kita berusaha untuk menjadi si-paling-primodial di meja makan. Bukankah seringkali terkadang kita suka melakukan blokade terhadap perasaan orang lain tentang suatu rasa makanan dengan berkata, "Ah, lebih enak roti di sebelahnya." Sebuah tanggapan yang tidak perlu atas sebuah pernyataan tentang bagaimana manusia berusaha menikmati kebutuhan dasarnya: pangan.


Dari tindakan seperti itu, saya pada akhirnya memahami kecenderungan kita untuk "menyabotase" resep rawon tetangga (baca: hidup orang lain) ketimbang mencoba memahami bahwa rawon tetangga ini fokusnya mungkin bukan pada kluweknya tapi pada kuah kaldunya, yang mana rawon yang dimasak tetangga kita itu juga gak akan pernah dibagikannya kepada kita.


Yang Penting Show and Glow

"Bagi aku, yang terpenting adalah presentasinya warna-warni, cantik, membantu selera makan," ungkap salah satu teman dari Jasa Piknik Keliling tentang ceritanya bisa menjadi "tukang masak", dan pandangannya soal makanan. Dan mungkin pernyataannya ada benarnya bahwa warna, perasaan (feeling) dan rasa (taste) punya korelasi yang sedemikian eratnya. Warna ternyata memiliki persepsi akan rasanya tersendiri di dalam pikiran manusia, the taste of colours.


Inilah yang kemudian membawa saya kian memahami tentang kesadaran seorang manusia ketika memandang sesuatu. Saya lebih lanjut menyadari juga bahwa "Oh, ternyata memang ada orang yang kesadarannya ketika melihat makanan itu ya penyajiannya dulu, rasa nomor dua, dan mereka fine-fine saja atas hal tersebut," dan sebaliknya, ada orang. yang gak peduli seamburadul apapun bentuk makanannya, yg penting rasanya tetap enak.


Tiga kudapan dan satu minuman ringan.
Bukan Rujak, Bukan Semur, ini Semua Sayur dan Buah(aha)!

Dua cara pandang ini tidak ada yang benar dan salah, karena memang ya ini tingkat kesadaran manusia melihat sesuatu. Lebih jauh, perbedaan cara pandang melihat sesuatu ini sebenarnya menjadi strategi utama untuk mencapai sesuatu, dalam hal ini misalnya: membuat kita lebih banyak makan sayur dan buah karena kita akan lebih cenderung mengapresiasi makanan yang penampilannya menarik. Ya gak?


Saat kudapan yang menjadi teman obrolan di sore hari itu tersaji, saya mengakui bahwa kudapannya ditata tidak hanya dalam kerangka boga, tetapi juga estetika. Sebuah pengingat bahwa dalam hidup, tidak apa-apa sesekali form over substance karena mungkin hal itu jauh lebih dibutuhkan ketimbang substance over form. Untuk kali ini, sebuah strategi agar bagaimana kita bisa lebih banyak makan sayur dan buah setiap hari ketimbang gorengan.


Terima kasih Gang-gangan dan Jasa Piknik Keliling karena telah mengajak berkeliling, dan mengizinkan saya mengambil dua guacamole apalah-apalah itu, sebuah bentuk konfirmasi bahwa kudapan ini juga tidak hanya mantap warna, tapi juga mantap rasa. Paling tidak, calories in-take saya tetap aman karena makan sayur, tidak membuat saya gemuk.

Selamat menikmati akhir pekan, dan jangan lupa makan enak penuh estetika!

legabas

bottom of page