
"Enak banget lo bisa dapet visa multiple ke Australia! Berarti bisa weekend-an di Sydney dong!" Begitulah bunyi seruan teman saya ketika saya tahu bahwa saya mendapatkan visa multiple entry ke Australia. Tujuan saya sebenarnya bukan Australia tetapi New Zealand, di Australia hanya menghabiskan kurang lebih tiga hari sebelum penerbangan kembali ke Jakarta dari Sydney.
Mengurus Visa Australia
Sebagai pemegang paspor Indonesia yang kadar "kekuatannya" kalah dengan Singapura atau bahkan Malaysia, mengajukan aplikasi visa di kedutaan besar (atau pihak ketiga yang ditunjuk sebagai pusat aplikasi visa) adalah makanan sehari-hari. Beberapa dari teman saya memilih untuk menggunakan agen perjalanan alasannya sederhana, "Gue males 'ngisi formulir banyak!" Ini memang benar, menghemat waktu, dan tinggal terima beres. Namun, mengisi visa dan aplikasinya adalah suatu kesenangan tersendiri.
Saya pertama kali ke Australia untuk menghadiri pernikahan saudara saya di Sydney pada tahun 2012 dan saat itu, aplikasi visa sudah melalui VFS Global yang kantornya dulu di Menara Sudirman, Jakarta sebelum pindah ke Kuningan City, Jakarta. Di bulan April ini, saya mengajukan aplikasi visa ke Kedutaan Besar Australia melalui VFS dan ternyata, dokumen-dokumen yang diminta masih sama (rempongnya!).
Malas Fotokopi? Scan aja!
Salah satu bagian yang paling malas adalah mempersiapkan dokumen-dokumen setiap kali mengajukan aplikasi, seperti fotokopi paspor, kartu tanda penduduk, kartu keluarga, dan sebagainya. Ada cara paling tepat untuk tidak bolak-balik ke tempat fotokopi untuk menggandakan dokumen yaitu: MAKE IT HANDY BY SCANNING THOSE DOCUMENTS IN PDFs! Dokumen-dokumen ini bisa langsung disimpan di My Documents, Google Drive, iCloud atau di USB. Kalau sedang butuh maka tinggal di-print tanpa perlu menghabiskan waktu untuk ke tempat fotokopi.
Di sisi lain, kalau kita punya file dalam bentuk dalam jaringan atau versi online, jika terjadi kehilangan terhadap dokumen asli, kita masih dengan mudah bisa melakukan penggandaan terhadap dokumen tersebut untuk pengurusan kehilangan. Beberapa dokumen yang secara umum dibutuhkan untuk aplikasi visa (termasuk juga visa Australia) adalah:
1. Kartu Tanda Penduduk;
2. Kartu Keluarga;
3. Akta Lahir;
4. Buku Nikah (jika pergi dengan pasangan); dan
5. Paspor (termasuk paspor lama, beserta halaman-halaman yang ada cap visa atau imigrasi).
Untuk aplikasi visa Australia karena saya masih lajang (dan bukan jalang, itu hal yang berbeda) maka saya hanya memberikan fotokopi kartu tanda penduduk, kartu keluarga yang berisi saya (untungnya) masih bagian keluarga dari ayah dan ibu saya, akta lahir, dan paspor.
Paspor Asli? No fuss!
Aplikasi visa Australia adalah aplikasi visa yang ramah untuk weekend jumper alias orang-orang yang suka pergi ke luar negeri di kala akhir pekan. Mengapa? Paspor tidak perlu diserahkan secara fisik pada saat mengajukan aplikasi. Paspor ini hanya cukup dibawa saja saat mengajukan aplikasi dan VFS akan melakukan sertifikasi terhadap fotokopi paspor yang kita lampirkan. Setelah itu? Paspor bisa dibawa pulang!
Bukti Punya Uang?
Barbuk alias barang bukti bahwa kita punya uang ini yang seringkali menjadi momok buat orang-orang yang ingin mengajukan visa turis ke Australia (dan negara-negara di Eropa). Tidak hanya dalam PDKT saja tetapi sudah menjadi modus kalau beberapa dari kita mencari pinjaman untuk mengisi tabungan sehingga paling tidak terkesan punya uang yang "puluhan juta" untuk bisa jalan-jalan ke Australia. Cara ini sebenarnya sah-sah saja namun berisiko, karena tidak semua teman kita itu mungkin tergolong #HorangKayah yang bisa menjadi lintah darat atau memberikan bridging loan dalam semalam, hanya agar rekening kita tampak seperti rekening gendut dan bank bisa mengeluarkan surat account statement untuk keperluan visa.
Jadi gimana dong? Pengalaman saya ketika dua kali mengajukan visa Australia adalah dengan mempergunakan slip gaji selama 3 bulan terakhir dan bukti potong pajak penghasilan di tahun pajak yang terakhir. Saya terlalu malas untuk mengurus surat account statement di bank tempat saya menabung (atau lebih tepatnya lebih sering disebut sebagai bank tempat saya menarik uang) dengan alasan membutuhkan 1 hari kerja dan biayanya bisa ratusan ribu tersendiri. Untung Mbak Petugas Konter yang menerima aplikasi visa saya itu tidak memaksakan lebih lanjut meskipun si Mbak bilang, "Jadi, bukti punya dana cukup hanya slip gaji dan juga bukti potong pajak ya?" Saya mengangguk dan mengamini saja kalau Kedutaan Australia tidak akan meminta barbuk lainnya.
Selain dokumen-dokumen di atas, saya juga melampirkan surat keterangan kerja dari kantor saya yang menyatakan bahwa saya memang pekerja di tempat tersebut, cuti saya sudah diberikan, dan saya akan kembali bekerja di kantor tersebut sepulang dari liburan ke Australia. Surat sakti dari kantor ini mungkin cukup membantu dan mendukung aplikasi visa Australia ini.
Itinerary
Beberapa orang memasukkan itinerary, bukti booking hotel atau bukti-bukti beraktivitas di Australia sebagai dokumen pendukungnya. Ini sebenarnya tidak wajib dan saya sejujurnya hanya melampirkan tiket pesawat Jakarta - New Zealand - Sydney dan New Zealand - Melbourne yang sudah saya beli tanpa berpikir visa saya akan disetujui atau tidak. Ya sudahlah. Mbak Petugas Konter tidak bertanya lebih lanjut karena memang tugas mereka hanya menerima dokumen dan pembayaran, bukan wawancara, jadi sebenarnya segala pertanyaan yang diajukan pada saat mengajukan aplikasi seharusnya tidak mempengaruhi aplikasi visa, kecuali kalau memang kita berniat untuk berpacaran dan berjodoh dengan Mbak atau Mas Petugas Konter.
Multiple or Single Visa?
Saya sebenarnya tidak punya maksud untuk bolak-balik Jakarta - Australia, namun tidak ada salahnya untuk mencoba peruntungan ketika mengisi pertanyaan berikut ini saat mengisi formulir nomor 1419 (formulir visa turis):
Do you intend to enter Australia on more than one occasion?
[ ] No Go to Question 7
[ ] Yes Give details
Saya menjawab "yes" untuk pertanyaan tersebut dan saya menjabarkan alasan yang sangat sederhana yaitu karena saya ingin menghabiskan waktu saya untuk berlibur lebih dari dua kali di dalam setahun di Australia. Tenang saja, biayanya akan tetap sama untuk setiap aplikasi (termasuk biaya administrasi pengurusan di VFS) yaitu kurang dari Rp1.500.000. Jawaban saya ternyata mendapatkan persetujuan dari Kedutaan Besar Australia sehingga saya mendapatkan visa multiple entry yang berlaku sampai tahun 2020!
No fuss! Sungguh cepat!
Hanya butuh empat hari kerja sampai saya bisa mendapatkan notifikasi surat elektronik bahwa visa saya disetujui. Saya tidak perlu lagi datang ke VFS untuk mengambil visa karena memang visa tersebut diberikan secara elektronik dan buktinya melalui surat elektronik. Ini sudah berlangsung sejak tahun 2012 dan saya hanya perlu memperlihatkan surat elektronik tersebut ke konter imigrasi atau pada saat check-in di bandara, dan VOILA! Tidak ada pertanyaan lanjutan mengenai status visa saya. Sistem ini sangat cocok untuk the millennials.
Khawatir nih!
Namanya manusia, pasti suka khawatir. Jangan sad, beberapa dari kita pasti suka nge-google tentang cara mendapatkan visa, termasuk juga visa Australia. Itu manusiawi, namun sebenarnya pengalaman orang itu beda-beda. Di paspor lama saya, yang fotokopi-nya saya lampirkan, masih ada bekas visa Iran atau cap imigrasi Kuba, toh sah-sah saja dan bisa diterima. Tidak ada ukuran pasti atau parameter yang jelas karena kebijakan memang tergantung oleh petugas konsuler yang memeriksa aplikasi visa. Jadi ingat, tidak bisa dipukul rata dan menganggap suatu pengalaman sebagai tolak ukur yang utama
Selamat mengurus visa!